Kuliner Istimewa yang Lezat ala Timor Leste
Di pagi hari, banyak penjaja roti pa’un berkeliling kota. Ada yang memakai sepeda dan ada juga yang berjalan kaki. Dan, ada juga yang mangkal di beberapa titik kota. Ada dua bentuk roti pa’un.
Pada umumnya, berbentuk bundar, tetapi tidak rata, permukaannya keras (crusty), dan dalamnya agak mengeras. Bentuk lainnya adalah mirip roti bantal di masa lalu, teksturnya lebih lembut. Keduanya tawar, dengan rasanya sedikit rasa asin.
Roti pa’un dimakan begitu saja, tanpa mentega, tanpa selai untuk menemani minum kopi. Di pasar, harganya 25 centavos (sekitar Rp 2500) untuk tiga roti. Di warung kopi, harganya sedikit lebih mahal. Namun sayangnya, tidak banyak warung kopi pinggir jalan di kota Dili.
Padahal, kopi Timor (dari daerah Same dan Ermera) sangat terkenal kualitasnya. Banyak orang membawa kopi Timor sebagai oleh-oleh. Cafeine level-nya juga tinggi, cita rasanya (rasa kecut) -nya rendah, dan aromanya sangat istimewa.
Salah satu masakan khas Timor Leste lainnya yang populer adalah midar sin, semacam babi kecap. Batar daan kadang-kadang juga bisa dijumpai di warung-warung di Kampung Alor. Kampung Alor, tempat bermukim kaum Muslim yang minoritas di Timor Leste. Kemungkinan merupakan tempat yang aman untuk mencari makanan halal. Di dekat sini juga ada Masjid An Nur.
Makanan pinggir jalan kebanyakan hanya jenis bakar-bakaran (grill). Di sepanjang Pantai Kelapa, di sisi Avenida de Portugal (dekat Pertamina Wharf, red). Pada malam hari sangat banyak pedagang ikan bakar. Satu tusuk ikan bakar (udang, cumi, ikan terbang) atau ayam harganya rata-rata 25-50 centavos (sekitar Rp 2500-5000).
Ikan atau ayam bakar ini dimakan dengan ketupat (25 centavos). Warga Timor Leste ternyata suka sekali makan ketupat dengan sambal ABC. Ketupatnya sendiri sudah dibumbui dengan sedikit kunyit, sehingga sudah bercita rasa gurih. Jenis makanan yang sama dapat dijumpai di banyak tempat. Banyak juga penjual jagung bakar (bataar tunu) dan jagung rebus di pinggir jalan.
Berbagai warung makan “peninggalan” sewaktu masih berintegrasi dengan Republik Indonesia, masih banyak tampak di Dili, seperti bakso kota Cak Man dari Malang, dan beberapa warung yang dikelola oleh orang Jawa serta warga Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar